Halaman

Selasa, 16 November 2010

Seminar Problema Pendidikan Kesenian Tingkat SMA/MA Jatim

Melihat perkembangan cara mengajar dan belajar kesenian, khususnya seni rupa rasanya miris.

Ada banyak masalah untuk dicarikan solusinya agar Pendidikan Seni Budaya benar-benar tepat sasaran dan bahkan tidak menjadi momok bagi guru kesenian apa lagi siswa sebagai obyek (yang sering kali menderita) pendidikan itu sendiri.

Menurut yang saya lihat, ada beberapa hal yang menjadikan pendidikan seni tidak berjalan sesuai dengan tujuan mulia yang sebenarnya.

Kendala dan masalah tersebut antara lain:

1. Silabus yang tersusun dari paket dinas terkait cenderung melompat-lompat dan sering terjadi justru nggak nyambung antara materi dari KD yang satu ke KD yang lain.
2. Kurangnya guru yang berkelayakan dengan bidang studinya (kalaupun ada, perlu dipertanyakan kreativitas dan usaha mencari solusi agar ketrampilan dan kemampuan anak benar-benar terasah atau bagaimana guru bisa menyiasati akan ketidakmampuan siswa dalam menyediakan alat dan bahan yang cenderung dianggap mahal).
3. Kemampuan orang tua siswa dalam membiayai anaknya untuk mata pelajaran Pendidikan seni Budaya yang bersifat praktis.
4. Kebijakan sekolah yang cenderung menganggap remeh mata pelajaran Pendidikan Seni dan lebih parah lagi kadang jika ada guru kreatif justru dianggap pemborosan dan menganggap kegiatan seni tidak berguna karena bukan mata pelajaran UN (Ujian Nasional).

Sebenarnya masalah-masalah tersebut di atas akan bisa diatasi mana kala guru kesenian tetap mau belajar dan belajar, bersinergi dengan seniman, sering membaca dan mengunjungi aktivitas seni yang makin hari perkembangannya makin jauh dari garis-garis silabus yang menjadi pegangan guru masa kini.

Kreativitas guru dan kebijakan serta dukungan sekolah menjadi penting jika kita ingin memperoleh hasil yang maksimal bagi keberhasilan kreativitas dan ketrampilan siswa agar bisa merengkuh sebanyak-banyaknya keahlian berseni.

Satu contoh saja, jika seorang guru seni rupa ketika memberi pembelajaran pada siswa, kemudian terkendala akan biaya karena disamping tempat sekolahnya terpencil dan mungkin di daerah miskin. Maka pandai-pandailah untuk menyiasati masalah ini, misalnya kita bisa menggunakan bahan limbah untuk berkarya, warna kita pakai dari warna buatan yang kita gali dari alam sekitar, kemudian hasilnya kita pamerkan dalam kelas yang sudah diubah menjadi galeri siswa, maka Insya' Allah akan menjadikan siswa makin semangat dan komunitas sekolah makin tahu mau kita yang mudah-mudahan lambat laun akan bisa menghargai.

Berikut adalah materi yang saya presentasikan dalam kegiatan seminar di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur Surabaya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Mencari Apa ?