Halaman

Rabu, 06 Januari 2010

Mardiluhung : KRIS YANG AKU KENAL

Kris Adji AW adalah pelukis dari Gresik. Lahir sekitar 45 tahun yang lalu. Sejak SLTA ia memang senang melukis. Dan sejak SLTA itu pun ia kerap melakukan pameran. Baik secara sendirian maupun bersama-sama dengan pelukis lain. Dan selama menapaki dunia lukis itu, beberapa periode dari proses kreatifnya pun bermunculan. Ada periode Potret (Realis-Naturalis), Tegar (Abstrak), Fantasi (Surealis-Dekoratif) dan Komikal. Di mana semua periode itu bukan muncul secara periodik. Melainkan bisa tumpang tindih, ganti berganti. Yang kata Kris Adji AW,” Itu bergantung mood yang ada”.


Dalam pameran kali ini, entah mengapa tiba-tiba Kris Adji AW (Setelah masuk ke periode hijau), malah mengusung periode komikal. Periode yang telah dilakoninya sekitar tahun 1990-an. Dan ciri utama periode ini adalah bentuk-bentuk tubuh yang dilukis seperti sebuah cerita. Sebuah dongeng dari apa yang telah terjadi pada diri manusia. Diri yang seperti sedang memasuki pelataran dari sebuah persoalan.

1. Menangis Tanpa Suara
Menangis Tanpa Suara adalah sebuah judul lukisan Kris Adji AW yang pertama. Objek lukisan itu adalah seorang lelaki yang sedang duduk sambil menyembunyikan wajah di antara lututnya. Tangannya besar, terbuka seakan telah kehilangan sesuatu. Komikal yang paling menonjol dari lukisan ini adalah sapuan putih yang meliar. Yang memenuhi hampir seluruh bidang kanvas. Sedangkan di atas kepala lelaki itu, ada lingkaran (yang barangkali bulan, barangkali juga matahari) mengambang sekaligus goyah. Goyah tetapi tetap ingin bertengger di sana.

2. Suara Mereka Pun Sama
Suara Mereka Pun Sama adalah sebuah judul lukisan Kris Adji AW yang kedua. Dalam lukisan yang kedua ini pun berobjek manusia. Manusia yang dijadikan objek adalah perempuan. Perempuan yang rambutnya memanjang menebar di sebuah tempat dengan sebuah bukit gersang yang mengabur di bagian belakangnya. Dan tidak seperti di lukisan yang pertama yang komikalnya dibentuk dari sapuan putih yang meliar, lukisan yang kudua ini justru dibentuk dari sapuan hitam. Sapuan hitam yang entah berasal dari rambut si objek, atau dari sekian goresan yang telah digoreskannya di tanah. Tanah putih, tanah yang sepertinya berbau kematian dan kemampatan.

3. Komikal Kesedihan
Dari dua lukisan itu, Kris Adji AW memang
Ingin menampilkan sebuah persoalan dari apa yang telah menimpa di objeknya. Persoalan itu sepertinya telah tiba/ datang/ tak tertolak. Dan si objek pun Cuma merasakan apa persoalan itu bisa teratasikah? Dan dari pertanyaan yang tak terjawab ini, maka tak heran jika dari dua kanvas itu selalu muncul sekian goresan yang kasar, tiba-tiba seperti belum selesai dan warnanya demikian menyala. Demikian menyala seperti lampu terakhir sebuah kapal yang akan tenggelam. Setelah mengirimkan sandi SOS…

( MARDILUHUNG – Penyair, tinggal di Gresik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Mencari Apa ?