Halaman

Rabu, 06 Januari 2010

Ashadi : PESAN ANTI KORUPSI DALAM GORESAN KRIS ADJI, PELUKIS HITAM PUTIH GRESIK

Status sosial yang hanya pelukis menjadikan Kris Adji AW tak mampu menyuarakan kegelisahannya tentang korupsi lewat action. Jadilah pergulatannya itu tertuang dalam kanvas.
AKHIR November nanti, Kris Adji AW, pelukis Gresik, berpameran tunggal di tiga kota, Surabaya, Bandung dan Gresik. Karya yang dipamerkan nanti lebih banyak bernuansa kritik tentang menjamurnya korupsi.



SINDO, kemarin malam, bertandang kerumah pelukis hitam putih ini. Rumah Kris di Jln. Usman Sadar, kelurahan Sukorame, Kec. Gresik, ini tak ubahnya galeri. Hamper disetiap sudut ruang, dipenuhi lukisan berbagai ukuran. Di dinding tengah tepampang dua lukisan, yang satu seorang perempuan membawa keranjang, disampingnya kaligrafi ayat kursi.
Tembok paling kanan bertumpuk-tumpuk kanvas yang sudah rampung “digarap”. Lukisan Kris didominasi warna hitam putih dengan tampilan sesosok yang beramput panjang dengan nerbagai pose. Setidaknya ada empat pose yang terlihat menonjol;. Berdiri paling dalam dekat pintu ruang tengah, lukisan seseorang berambut panjang menggerakkan badan dan tangannya dengan diikuti angin. Seolah sosok lukisan itu melakukan gerakan jurus silat Cina, Tai Chi.
Disampingnya, terlihat sosok manusia dengan mata tertutup dan tangan diletakkan didahi. Kris pun menyebutnya sebagai tarian koruptor. Agak kedepan, lagi-lagi sosok yang sama, bedanya dia menggendong kursi yang disebut Kris sebagai seseorang yang takut kehilangan kekuasaannya.
“Inilah lukisan-lukisan yang akan saya pamerkan. Didominasi tarian yang merupakan ungkapan akumulasi kegelisahan. Makanya saya mengambil tema The Dance In Trance, yang kurang lebih makna harfiahnya tarian kegelisahan,“ terang Kris yang alumnus seni IKIP Surabaya (kini UNESA) itu.
Masih banyak karya lain yang bakal dipamerkan di Galeri Surabaya Jln. Pemuda. Ada Negeriku Bokong yang diilhami polemic pro kontra pornoaksi dan pornografi. Ada Kasih Ibu, dan Suara Merekapun Sama yang menggambarkan penderitaan korban Tsunami Aceh.
Lukisan itu menonjolkan warna hitam dan putih. Sosoknya juga sama, seseorang yang rambut panjang dengan bertelanjang dada. Namun, banyak dinilai kaya akan tema.
Menurut HU Mardiluhung, koleganya yang penyair ini, bagi orang tidak kenal Kris maka lukisan Kris akan dinilai sebagai lukisan orang yang masih belajar. Sebab disitu terlihat bagaimana goresannya memperlihatkan keluguannya.
“Lukisannya berubah-ubah. Dia mencari jati dirinya. Awalnya dia melukis gaya realis, kemudian abstrak, terus lukisan fantasi. Namun sekarang lebih keekspresif dengan kritik social yang tajam,” terangnya.
Diakui atau tidak, lukisan-lukisan tersebut memang merupakan ekspresi bagaimana pria kelahiran Gresik 1961 itu gelisah akan jatidirinya. Sementara lingkungan dia tempat bergaul begitu antusiasnya bercerita tentang kemapanan dibidang politik. Kris pun mengakuinya.
Untuk membuat lukisan-lukisan berbau kritik itu, Kris mengaku perlu perenungan yang panjang. Terkadang perenungan itu merupakan kelanjutan dari perenungan masa lalunya. Kemudian disatukan dengan yang dialami saat ini.
“ Lukisan Tarian Koruptor saat itu terinspirasi ketika saya melihat orang-orang sekitar yang terus mendengungkan anti korupsi, namun ternyata dia (pelaku yang dilukis) seorang koruptor. Bahkan, sekarang pun pemberantasan korupsi hanya sekedar lipstick saja,” katanya.
 Ashadi IK, dilahirkan di desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan Gresik. Alumni UNMUH Gresik, sebagai jurnalis pernah bekerja di Harian Surabaya Post & Nusa Bali dan sekarang di Harian SINDO
(Tulisan ini pernah dimuat di Harian SINDO, 15 November 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Mencari Apa ?