Halaman

Rabu, 06 Januari 2010

Ashadi IK : SINDIR INDONESIA LEWAT JELANGKUNG MAIN BOLA (SMA Nusa Gresik merekrontruksi Imajinasi Dalam Seni Instalasi)

Dalam tiga hari, 18 ruang SMA Nahdlatul Ulama 1 (SMA Nusa) disulap menjadi seni intalasi kelas oleh siswanya. Peristiwa tersebut kedua di Gresik, setelah tahun 1999, instalator Syaiful Hadjar menutup kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) bertema kekerasan TNI di Aceh.
Lampu remang-remang, serakan daun di lantai dan kain warna gelap mewarnai dekorasinya di setiap ruang. Semakin menarik tatkala lukisan dan aneka souvenir karya siswa selama setahun dipajang di antara instalasi tersebut.
Upaya merekonstruksi hasil imaji siswa-siswa SMA Nusa menjadi realitas dalam ruang publik cukup menarik disimak. Selain mengisi waktu luang menjelang liburan dan merupakan realisasi pendidikan berbasis kompetensi, ternyata karya instalasi yang disebut oleh Kris Adji AW, sang kreator sekaligus guru, sebagai instalasi kelas untuk mencari bibit peseniman muda.


Meski hasilnya jauh dari harapan, namun karya-karya tersebut dapat dinilai luar biasa, setidaknya untuk pemula. “Lumayanlah untuk karya pemula,” ujar HU Mardiluhung, budayawan Gresik yang juga guru seni SMA Nusa.
Ada kapal Titanic di ruang Kelas 10 H. Miniatur kapal pesiar yang tenggelam di Samudra Atlantik tersebut terbuat dari stik es krim. Beda lagi di Kelas 10 B, demam piala dunia Jerman lebih terasa. Pintu masuk kelas ditempel bendera Jerman, Korsel dan Tunisa. Teks-teks visual, poster dan pernak pernik sepak bola ditempel secara acak di ruang, menandakan bila kreatornya juga penggemar bola. Ruang Kelas 11 A-4 lain lagi. Ruang yang berada di lantai II itu disulap menjadi miniatur ruang hantu dengan jelangkung sebagai menu utama dan tengkorak kepala ditempelkan di tembok. Hanya nilai mistisnya menjadi hilang, karena jelangkung tersebut diberi kostum tim sepakbola. Ada yang berkostum Juventus (tim anggota Seri A Liga Italia), Jerman, Tim Orange Belanda dan juga Inter Milan (tim anggota Seri A Liga Italia). Jumlahnya pun sama dengan tim sepak bola yaitu sebelas. “Sengaja kami memasang jelangkung itu dengan jumlah sebelas, karena kami ibaratkan jelangkung main bola,” tutur Kris.
Lantas apa maknanya? Menurut dia, miniatur itu sebagia sebuah sindiran Indonesia. Indonesia ini penduduknya
banyak, tapi membentuk kesebelasan saja sulitnya bukan kepalang. “Sulitnya sama dengan Indonesia menjadi peserta piala dunia. Dan selamanya hanya angan-angan,” kata Kris sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Diakui, tema maupun makna dari karya yang ditampilkan siswanya belumnya terlihat. Mengingat, seni adalah sebuah kebiasaan. Karena itu dengan membiasakan siswa-siswa SMA Nusa dan SMA lain di Gresik mengenal seni tata ruang, display dan seni instalasi tersebut berharap dapat menelurkan peseniman baru.
Kami juga pernah membuat seni mural. Sekarang seni instalasi kelas dan tidak menutup kami akan membiasakan siswa-siswa mengenali ragam seni yang lain,” bebernya.
Ketua Bidang Seni OSIS SMA Nusa Gresik, Dicky Fadilah mengatakan, event tahunan itu bukan hanya konsumsi
internal. Tetapi, kalangan umum bisa dari SMA-SMA lain di Gresik dan juga komunitas pecinta seni Gresik dapat mengunjunginya.
“Sejak hari pertama banyak yang melihat. Ada dari SMA Negeri 1, SMA Semen Gresik dan lainya,” terang siswa
yang dibesarkan di Pongangan itu.
 Ashadi IK, dilahirkan di desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan Gresik. Alumni UNMUH Gresik, sebagai jurnalis pernah bekerja di Harian Surabaya Post & Nusa Bali dan sekarang di Harian SINDO
(Tulisan ini pernah dimuat di Harian SINDO, 29 Juni 2006)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Mencari Apa ?